Jumat, 15 September 2023

Wilujeng Enjang Cerpen Roman

 

Wilujeng Enjang

Hati manusia itu semuanya sama, secara insani hati itu membutuhkan kedamaian. Dimana kamu memberikan kedamaian maka hati itu akan terbuka secara lebar. (Zuhairi Misrawi)

#postEnjang
           Panas tubuhku semakin tinggi, aku menggigil dalam selimut, mulutku kelu, tubuhku terbaring lemas, tenggorokanku begitu kering bahkan untuk sekedar mengeluarkan suara saja tidak ada tenaga. Mas Willy meletakan tangannya di keningku, memeriksa panas tubuhku yang sudah sehari semalam tak kunjung turun. Aku memalingkan wajah, bahkan dalam keadaan seperti ini
, aku tak sudi disentuhnya.

"Kamu harus ke rumah sakit Njang” katanya panik, aku masih membisu, menatap wajahnya saja aku malas apalagi menjawab pertanyaannya. "Mana Hapeku?” tanyaku lirih. Sejak tadi siang Mas Willy menyita handphoneku karena dalam kondisi begini aku tetap sibuk membalas chat pekerjaan, dia memintaku istirahat total, meski aku dongkol namun hanya bisa diam karena niatku menggebu tapi fisiku tak mampu berkutik. Baru saja aku hendak beranjak tiba-tiba aku tersungkur, gelap.

#postWilly
Aku tak pernah sekhawatir ini padanya, dalam kondisi lemah tak berdaya betapa begitu ingin kudekap Enjang ke dalam pelukanku, tapi apalah dayaku aku hanya bisa terpaku menatapnya tanpa bisa sedikitpun menyentuhnya. Aku tahu sejak awal dia sangat membenciku, gadis yang begitu ceria harus menikah dengan laki laki yang sangat tidak dicintainya. Dan ku akui pernikahan ini telah menghilangkan senyum ceria itu. Jika saja ini bukan amanat ayah Enjang sebelum meninggal mungkin Enjang akan menolak pernikahan ini. Enam bulan pernikahan Aku tak pernah memaksa dia melayaniku, selama ini aku bebaskan dia menjadi yang dia mau, aku telah bersumpah pada diriku untuk menunggunya sampai kapanpun, jika sekarang dia membenciku, namun bagiku yang terpenting sekarang dan selamanya Enjang adalah cintaku.

#postEnjang
Aku tak tahu sejak kapan aku berada di sini, meski belum sepenuhnya sadar tapi aku yakin ini adalah rumah sakit. Perlahan kubuka mata, kepalaku masih s
angat pusing , aku berusaha menggerakkan tanganku, terasa lemas sekali, aku benar benar kehabisan energi.  Tiba-tiba pintu terbuka aku kembali memejamkan mata, Mas Willy dan seorang dokter datang menghampiriku "Istri anda hanya perlu istirahat, anda tidak perlu sepanik ini.. nanti setelah dirawat dua sampai tiga hari dia akan lebih baikan, "

"Terimakasih dok... " Tak berselang lama dokter keluar ruangan, Mas Willy menghampiriku, sesaat ketika menyadari aku telah tersadar, dia berlahan berkata pelan sambil menggenggam tanganku ragu.

"Aku sudah telfon mama, tadinya aku mau memberi tahu kondisimu, tapi sebelum aku cerita mama sudah terlebih bilang kalau beliau sedang menemani Mbak Rahma lahiran  jadi aku urungkan niatku member kabar, tidak enak kalo sampai merepotkan" Mas Willy terus berkata. Aku teringat Mba Rahma kakak pertamaku yang  sedang hamil sembilan bulan, syukurlah kalo sudah lahiran. Mas Willy  seketika melepaskan tanganku sesaat setelah tersadar.

"Eh maaf" katanya sedikit bersalah, aku menahan senyum, lucu juga, pikirku.

"Maaf ya... Ini karena aku tidak bisa benar-benar menjagamu.." katanya sambil menundukkan pandangannya, aku menelan ludahku pahit. Lelaki yang selama ini tak pernah kupedulikan, laki-laki yang statusnya suamiku, yang begitu tanggung jawab namun tak pernah kutunaikan haknya. Aku tak tahu kenapa tiba-tiba aku menjadi sesendu ini dihadapannya. Apakah selama ini  aku benar benar seegois itu. Enam bulan telah berlalu dan inilah puncaknya, ketika tubuhku menyerah pada keadaan.

#postWilly
Akhirnya setelah tiga hari di rawat di
rumah sakit, Enjang sudah dibolehkan pulang. Tiga hari benar benar aku habiskan di samping Enjang, bagiku sangat cukup jika dia tidak menolakku,mau menerima semua pelayananku dan perhatianku yang sungguh sungguh untuknya,  aku tak berharap lebih dari itu untuk saat ini.

Enjang sungguh tak pernah tahu bertapa aku khawatir jika waktu beranjak malam dan dia belum juga pulang ke rumah, atau pulang dalam kondisi basah kuyup karena kehujanan. Aku begitu khawatir ketika melihat dia begitu serius menatap leptop dan hapenya, seharusnya dia tahu dia tak perlu sekeras itu bekerja, aku suami yang sangat ingin mencukupinya lahir dan batin dan aku yakin aku mampu.

#postEnjang

 Mas Willy mengantarkan sarapanku ke kamar dan seperti biasa menyuapiku dengan pelan. "Mas"
"Iya     Njang..."jawabnya sambil menatapku dalam, membuatku canggung. 

"Hmm.. maafkan aku" kataku lirih, mungkin hampir tak terdengar olehnya, lidahku kelu bercampur malu

"Apa?" Katanya kali ini lebih mendekatkan wajahnya padaku, sketsa wajah tampannya terlihat jelas, rambutnya tertata rapi,matanya tajam namun teduh, ada jenggot tipis di dagu,

Hidung dan bibirnya sempurna, aku tersadar selama ini aku tak pernah benar-benar menatapnya. Tuh kan benar Mas Willy tak mendengar maafku, padahal untuk mengatakannya aku harus susah payah berucap. Aku tak mengulang kata kataku hanya memberinya senyuman yang paling tulus yang aku punya. Semoga dia bisa paham tanpa aku pinta. Kali ini giliran Mas Willy yang menatapku tajam, membuatku sedikit salah tingkah.

"Terimakasih ya Njang..."katanya sambil menggenggam tanganku, aku terperanjat, hatiku berdesir hebat
"Untuk apa?" Meskipun canggung aku berusaha membalas tatapannya

"Untuk senyum itu... Untuk senyum yang pernah hilang, namun kamu hadirkan kembali di wajahmu, terimakasih" katanya diiringi genggaman tangan yang semakin erat, hatiku terhempas dibuatnya, ketika Tuhan telah kirimkan Malaikat penjagaku, suami terbaikku aku dimana? Mataku panas berkaca-kaca. .

"Enjang kamu tahu nggak ada sebuah kata dalam bahasa inggris yang ketika kita melakukan setiap hari maka akan ada perubahan besar dalam hidup kita, kata itu diawali dari huruf 'w'?" Tanya Mas Willy suatu hari, aku menyipitkan mataku berfikir keras

"Hmm wise?"

"Bukan"

"Wisdom"

"Bukan juga" mas Willy terlihat menahan senyum, membuatku semakin penasaran

"Will, word, wish... " Kataku sambil menggigit bibir

"Hehe buukaaan" Mas Willy lagi lagi mengulum senyumnya

"Aku menyerah" aku mengangkat kedua tanganku, sikapku membuat Mas Willy mengacak rambutku gemas

"Kata itu adalah "wake up"" lanjutnya

"Wake up?" Aku kembali tidak mengerti

"Iya wake up, kenapa? Karena segala hal dalam hidup seseorang dimulai ketika kita bangun di pagi hari, pagi hari selalu memberikan harapan baru dan doa doa baru, seperti kita"

"Seperti kita? Maksudnya apa?"

"Iya aku dan kamu jika disatukan menjadi Wilujeng Enjang, ini adalah bahasa jawa yang artinya selamat pagi... Semoga dengan semangat pagi aku dan kamu bisa terus bersatu, terus bisa merajut mimpi mimpi bersama seperti kata wake up yang bisa merubah hidup seseorang,, ingat selalu  ya Njang, selama aku hidup kebahagiaanmu adalah hal yang akan selalu aku perjuangkan" aku tersentuh dengan kata-katanya, nama Mas Willy memang Wilujeng tapi karena dia pernah kuliah di luar negeri, sekarang lebih dikenal dengan Willy. Seketika aku teringat dengan almarhum Ayah. Ayah telah memilihkan lelaki terbaik untukku, Ayah telah menyelesaikan amanahnya tepat sebelum beliau tutup usia, sedari awal Ayah tahu yang terbaik untukku. Terimakasih, untukmu Ayah dan Untuk-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar