Wilujeng Enjang
Hati manusia itu
semuanya sama, secara insani hati itu membutuhkan kedamaian. Dimana kamu
memberikan kedamaian maka hati itu akan terbuka secara lebar. (Zuhairi Misrawi)
#postEnjang
Panas tubuhku semakin tinggi, aku menggigil
dalam selimut, mulutku kelu, tubuhku terbaring lemas, tenggorokanku begitu
kering bahkan untuk sekedar mengeluarkan suara saja tidak ada tenaga. Mas Willy
meletakan tangannya di keningku, memeriksa panas tubuhku yang sudah sehari
semalam tak kunjung turun. Aku memalingkan wajah, bahkan dalam keadaan seperti
ini, aku
tak sudi disentuhnya.
"Kamu harus ke rumah sakit Njang”
katanya panik, aku masih membisu, menatap wajahnya saja aku malas apalagi
menjawab pertanyaannya. "Mana
Hapeku?” tanyaku lirih. Sejak tadi siang Mas Willy menyita handphoneku
karena dalam kondisi begini aku tetap sibuk membalas chat pekerjaan, dia
memintaku istirahat total, meski aku dongkol namun hanya bisa diam karena
niatku menggebu tapi fisiku tak mampu berkutik. Baru saja aku hendak beranjak tiba-tiba aku
tersungkur, gelap.
#postWilly
Aku tak pernah sekhawatir ini padanya, dalam kondisi lemah tak berdaya betapa
begitu ingin kudekap Enjang ke dalam pelukanku, tapi apalah dayaku aku hanya
bisa terpaku menatapnya tanpa bisa sedikitpun menyentuhnya. Aku tahu sejak awal
dia sangat membenciku, gadis yang begitu ceria harus menikah dengan laki laki
yang sangat tidak dicintainya. Dan ku akui pernikahan ini telah menghilangkan
senyum ceria itu. Jika saja ini bukan amanat ayah Enjang sebelum meninggal
mungkin Enjang akan menolak pernikahan ini. Enam bulan pernikahan Aku tak
pernah memaksa dia melayaniku, selama ini aku bebaskan dia menjadi yang dia
mau, aku telah bersumpah pada diriku untuk menunggunya sampai kapanpun, jika
sekarang dia membenciku, namun bagiku yang terpenting sekarang dan selamanya
Enjang adalah cintaku.
#postEnjang
Aku tak tahu sejak kapan aku berada di sini, meski belum sepenuhnya sadar tapi
aku yakin ini adalah rumah sakit. Perlahan kubuka mata, kepalaku masih sangat
pusing , aku berusaha menggerakkan tanganku, terasa
lemas sekali, aku benar benar kehabisan energi. Tiba-tiba pintu terbuka
aku kembali memejamkan mata, Mas Willy dan seorang dokter datang menghampiriku "Istri anda hanya perlu istirahat, anda
tidak perlu sepanik ini.. nanti setelah dirawat dua sampai tiga hari dia akan
lebih baikan, "
"Terimakasih dok... " Tak berselang lama dokter keluar ruangan,
Mas Willy menghampiriku, sesaat ketika menyadari aku telah tersadar, dia
berlahan berkata pelan sambil menggenggam tanganku ragu.
"Aku sudah telfon mama, tadinya aku mau memberi tahu
kondisimu, tapi sebelum aku cerita mama sudah terlebih bilang kalau beliau
sedang menemani Mbak Rahma lahiran jadi aku urungkan niatku member kabar, tidak enak kalo sampai merepotkan"
Mas Willy terus berkata. Aku teringat Mba Rahma kakak pertamaku yang
sedang hamil sembilan bulan, syukurlah kalo sudah lahiran. Mas Willy
seketika melepaskan tanganku sesaat setelah tersadar.
"Eh maaf" katanya sedikit bersalah, aku menahan senyum,
lucu juga, pikirku.
"Maaf ya... Ini karena aku tidak bisa benar-benar menjagamu.."
katanya sambil menundukkan pandangannya, aku menelan ludahku pahit. Lelaki yang
selama ini tak pernah kupedulikan, laki-laki yang statusnya suamiku, yang
begitu tanggung jawab namun tak pernah kutunaikan haknya. Aku tak tahu kenapa
tiba-tiba aku menjadi sesendu ini dihadapannya. Apakah selama ini aku
benar benar seegois itu. Enam bulan telah berlalu dan inilah puncaknya, ketika tubuhku
menyerah pada keadaan.
#postWilly
Akhirnya setelah tiga hari di rawat di rumah
sakit, Enjang sudah dibolehkan pulang. Tiga
hari benar benar aku habiskan di samping Enjang, bagiku sangat cukup jika dia
tidak menolakku,mau menerima semua
pelayananku dan perhatianku yang sungguh sungguh untuknya, aku tak
berharap lebih dari itu untuk saat ini.
Enjang sungguh tak pernah tahu bertapa aku khawatir jika waktu beranjak
malam dan dia belum juga pulang ke rumah, atau pulang dalam kondisi basah kuyup
karena kehujanan. Aku begitu khawatir ketika melihat dia begitu serius menatap
leptop dan hapenya, seharusnya dia tahu dia tak perlu sekeras itu bekerja, aku
suami yang sangat ingin mencukupinya lahir dan batin dan aku yakin aku mampu.
#postEnjang
Mas Willy mengantarkan
sarapanku ke kamar dan seperti biasa menyuapiku dengan pelan. "Mas"
"Iya Njang..."jawabnya
sambil menatapku dalam, membuatku canggung.
"Hmm.. maafkan aku" kataku lirih, mungkin hampir tak
terdengar olehnya, lidahku kelu bercampur malu
"Apa?" Katanya kali ini lebih mendekatkan wajahnya
padaku, sketsa wajah tampannya terlihat jelas, rambutnya tertata rapi,matanya
tajam namun teduh, ada jenggot tipis di dagu,
Hidung dan bibirnya sempurna, aku tersadar selama ini aku tak
pernah benar-benar menatapnya. Tuh kan benar Mas Willy tak mendengar maafku,
padahal untuk mengatakannya aku harus susah payah berucap. Aku tak mengulang
kata kataku hanya memberinya senyuman yang paling tulus yang aku punya. Semoga
dia bisa paham tanpa aku pinta. Kali ini giliran Mas Willy yang menatapku
tajam, membuatku sedikit salah tingkah.
"Terimakasih ya Njang..."katanya
sambil menggenggam tanganku, aku terperanjat, hatiku berdesir hebat
"Untuk apa?" Meskipun canggung aku berusaha membalas tatapannya
"Untuk senyum itu... Untuk senyum yang pernah hilang, namun
kamu hadirkan kembali di wajahmu, terimakasih" katanya diiringi genggaman
tangan yang semakin erat, hatiku terhempas dibuatnya, ketika Tuhan telah
kirimkan Malaikat penjagaku, suami terbaikku aku dimana? Mataku panas
berkaca-kaca. .
"Enjang kamu tahu nggak ada sebuah kata dalam bahasa inggris
yang ketika kita melakukan setiap hari maka akan ada perubahan besar dalam
hidup kita, kata itu diawali dari huruf 'w'?" Tanya Mas Willy suatu hari,
aku menyipitkan mataku berfikir keras
"Hmm wise?"
"Bukan"
"Wisdom"
"Bukan juga" mas Willy terlihat menahan senyum, membuatku
semakin penasaran
"Will, word, wish... " Kataku sambil menggigit
bibir
"Hehe buukaaan" Mas
Willy lagi lagi mengulum senyumnya
"Aku menyerah" aku mengangkat kedua tanganku, sikapku
membuat Mas Willy mengacak rambutku gemas
"Kata itu adalah "wake up"" lanjutnya
"Wake up?" Aku kembali tidak mengerti
"Iya wake up, kenapa? Karena segala hal dalam hidup
seseorang dimulai ketika kita bangun di pagi hari, pagi hari selalu memberikan
harapan baru dan doa doa baru, seperti kita"
"Seperti kita? Maksudnya apa?"
"Iya aku dan kamu jika disatukan menjadi Wilujeng Enjang, ini adalah bahasa jawa yang artinya selamat pagi... Semoga dengan semangat pagi aku dan kamu bisa terus
bersatu, terus bisa merajut mimpi mimpi bersama seperti kata wake up
yang bisa merubah hidup seseorang,, ingat selalu ya Njang, selama aku hidup kebahagiaanmu
adalah hal yang akan selalu aku perjuangkan" aku tersentuh dengan
kata-katanya, nama Mas Willy memang Wilujeng tapi karena dia pernah kuliah di luar
negeri, sekarang lebih dikenal dengan Willy. Seketika aku teringat dengan
almarhum Ayah. Ayah telah memilihkan lelaki terbaik untukku, Ayah telah
menyelesaikan amanahnya tepat sebelum beliau tutup usia, sedari awal Ayah tahu
yang terbaik untukku. Terimakasih, untukmu Ayah dan Untuk-Mu.